Mencari Ketenangan Dalam Keramaian Hidup: Perjalanan Saya Menuju Mindfulness

Beberapa tahun yang lalu, saya terjebak dalam rutinitas yang tak berujung. Setiap hari, saya berlari dari satu tugas ke tugas lainnya, seperti hamster dalam roda. Saya bekerja di sebuah perusahaan yang penuh tekanan dan tuntutan tinggi. Suatu pagi, saat menunggu kereta api dengan segenggam kopi di tangan, saya mendapati diri saya merenung tentang hidup saya. “Apakah ini semua ada maknanya?” pikir saya. Keramaian kota yang menggema di sekitar hanyalah suara latar bagi ketidaktenangan dalam pikiran saya.

Menemukan Gejala Kelelahan Mental

Tidak lama setelah itu, tanda-tanda kelelahan mental mulai muncul. Mulai dari insomnia hingga sulit berkonsentrasi—semua menjadi bagian dari rutinitas harian saya. Di suatu malam ketika menghadiri acara kantor yang penuh kebisingan dan tawa palsu, tubuh dan pikiran saya merasakan penolakan total terhadap situasi itu. Semua terasa menyesakkan; seolah-olah setiap orang berbicara tanpa mendengarkan satu sama lain.

Dari pengalaman tersebut muncul pertanyaan baru: “Bagaimana bisa ada ketenangan di tengah kesibukan?” Akhirnya, setelah merenungkan berbagai cara untuk mengatasi stres, teman baik merekomendasikan mindfulness. Awalnya terdengar klise—seperti salah satu dari banyak saran motivasional yang sering kita dengar tanpa memikirkan lebih jauh.

Langkah Pertama Menuju Mindfulness

Saya mulai dengan langkah kecil: meditasi selama lima menit setiap pagi sebelum berangkat kerja. Suatu hari di bulan April 2021 ketika matahari bersinar lembut melalui jendela rumah, saya duduk bersila dengan punggung tegak dan mencoba untuk tidak memikirkan apa pun selain napas masuk dan keluar dari hidung saya. Pada awalnya sulit sekali! Pikiran-pikiran ruwet datang bertubi-tubi—tagihan yang belum dibayar, deadline proyek hingga drama sosial media.

Tetapi perlahan-lahan sesuatu berubah; kesadaran mengenai setiap perasaan dan emosi menjadi lebih nyata dalam sesi-sesi meditasi pendek ini. Ketika pikiran melayang kepada hal-hal negatif atau stresful lainnya, alih-alih melawannya seperti biasanya, kali ini saya hanya mengamatinya seperti awan lewat di langit biru: hadir dan kemudian pergi.

Perubahan Gaya Hidup Melalui Mindfulness

<pDengan rutin melakukan latihan mindfulness itu (yang tak jarang harus dipaksa terutama saat mood buruk), dampaknya mulai terasa secara menyeluruh terhadap gaya hidup sehari-hari . Saya menjadi lebih sabar ketika berhadapan dengan orang lain—saat antrian panjang atau saat diskusi sengit tentang pekerjaan.
Saya juga mulai mengatur waktu makan dengan lebih sadar; menikmati makanan bukan sekadar menuntaskan rasa lapar namun sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri.

Satu hal menarik yang terjadi adalah bagaimana hubungan dengan orang-orang terdekat membaik; percakapan menjadi lebih mendalam karena kami saling mendengarkan tanpa terburu-buru merespons atau membalas komentar setiap saat.

Ketenangan Dalam Keramaian

Akhirnya pada suatu sore setelah dua tahun menjalani proses ini, saat berjalan-jalan sendirian di taman kota sambil mengamati burung-burung beterbangan serta anak-anak bermain ceria—I felt it! Rasa damai tersebut menyusup ke dalam hati dan jiwa meskipun keramaian tetap berlangsung di sekelilingku.
Bahkan suara klakson mobil tidak lagi terdengar mengganggu seperti sebelumnya tetapi justru membuatku sadar akan kehidupan perkotaan yang dinamis.

Saya belajar bahwa ketenangan bukan berarti menjauh dari keramaian hidup—tetapi menemukan pusat kedamaian meski berada tepat di tengah-tengah segala hiruk-pikuknya . Saya ingin berbagi pengalaman ini agar siapa pun dapat menemukan cara menuju mindfulness mereka sendiri meski dunia terus berjalan cepat sekitar mereka.
Jika Anda ingin menyelami konsep lebih lanjut tentang kesehatan mental & mindful living bisa kunjungi kandaijihc.