Setahun yang lalu, saya berada di tempat yang tidak mengenakkan. Kehidupan sehari-hari terasa monoton dan membosankan, dikelilingi oleh tumpukan pekerjaan dan rutinitas yang menguras energi. Saya ingat waktu itu, jam 7 malam, duduk di depan laptop dengan secangkir kopi dingin dan pemikiran berputar-putar tentang semua hal yang belum saya capai. Dalam situasi seperti ini, sulit untuk menemukan motivasi, apalagi untuk berolahraga.
Saya selalu percaya bahwa olahraga adalah solusi bagi banyak masalah mental—tapi saat itu, motivasi untuk memulai terasa sangat jauh. Hingga suatu malam, saat scroll media sosial, saya melihat video seorang pelatih kebugaran sedang berlatih di taman dengan latar matahari terbenam yang menakjubkan. Ada sesuatu yang menggelitik dalam diri saya; sebuah dorongan untuk bangkit dari sofa dan bergerak.
Esok paginya, dalam suasana agak dingin tapi cerah—saya memutuskan untuk keluar rumah menuju taman terdekat. Rasanya aneh mengenakan sepatu lari setelah sekian lama tidak berolahraga. Setiap langkah seperti mengingatkan tubuh akan masa lalu ketika saya aktif bermain basket semasa kuliah. Namun kali ini tidak ada teman atau tim; hanya saya dan suara napas sendiri.
Pada awalnya, setiap detik terasa berat. Hanya beberapa menit berjalan kaki sudah membuat otot-otot kaki mulai memberontak. Suara batin mulai muncul lagi: “Kenapa kamu melakukan ini?” Namun rasanya ada keajaiban ketika otak mulai melepaskan endorfin—perasaan sejuk mengalir menyusuri tubuh setelah lelahnya latihan pertama itu.
Saya memutuskan untuk membuat jadwal rutin: tiga kali seminggu dengan variasi latihan—lari ringan di hari pertama, yoga di hari kedua untuk merelaksasi pikiran dan melatih fleksibilitas tubuh serta strength training pada hari ketiga demi menjaga keseimbangan kekuatan fisik.
Semakin sering saya berolahraga, semakin besar pula dampaknya terhadap kesehatan mental. Dari aktivitas fisik sederhana tersebut lahir rasa percaya diri baru dan kepuasan atas pencapaian kecil setiap harinya—baik itu bisa menambah jarak lari atau berhasil menyelesaikan sesi yoga penuh konsentrasi tanpa gangguan pikiran negatif.
Belum lama ini saat mengikuti kelas fitness online dari kandaijihc, instruktur memberikan penekanan bahwa olahraga bukan hanya tentang penampilan fisik tetapi lebih kepada perawatan diri secara keseluruhan; bagaimana kita merawat pikiran sama pentingnya dengan merawat badan kita sendiri. Hal ini menjadi wawasan berharga bagi perjalanan fitness pribadi saya.
Tidak terasa sudah setahun berlalu sejak langkah pertama itu dimulai—sebuah perjalanan mencari motivasi dalam fitness sekaligus pelarian dari rutinitas harian yang menghimpit jiwa. Saya berhasil menciptakan kebiasaan baru yang kini bukan hanya sekadar pelarian tapi juga kebutuhan sehari-hari.
Hari-hari tanpa olahraga kini terasa hampa; sebuah pengingat betapa pentingnya menjaga keseimbangan hidup antara tubuh sehat dan mental bugar.
Satu hal yang pasti: ketika kita memulainya dari niat baik untuk diri sendiri tanpa tekanan eksternal atau ekspektasi tinggi dari orang lain, hasilnya akan jauh lebih memuaskan daripada sekadar mengejar angka pada timbangan.
Rupanya menemukan motivasi dalam fitness bukan hanya soal melatih otot-otot tersebut tetapi lebih kepada perjalanan mendalami diri sendiri serta memahami apa makna kesehatan sejati bagi hidup kita.
Menemukan Kesehatan Lewat Jurnal: Cerita Perjalanan Gaya Hidup Sehatku Perjalanan menuju kesehatan yang optimal sering…
Shopee Tebak Kata menjadi salah satu mini game paling populer di kalangan pengguna Shopee. Permainan…
Di era digital, banyak orang menikmati kesibukan ganda: di satu sisi fokus bekerja, di sisi…
Kehangatan Komunitas Kecil Yang Mengubah Pandanganku Tentang Persahabatan Ketika berbicara tentang pencegahan penyakit, sering kali…
Beberapa tahun yang lalu, saya terjebak dalam rutinitas yang tak berujung. Setiap hari, saya berlari…
Di antara ribuan permainan slot online yang ada, Mahjong Ways 2 dari PG Soft telah…